T ransformasi digital telah mengubah wajah perdagangan secara fundamental, mendorong sektor ritel ke ranah online yang kian masif. Proyeksi menunjukkan bahwa penjualan e-commerce global akan mencapai angka fantastis $8.3 triliun pada tahun 2025, mencerminkan pertumbuhan luar biasa sebesar 55.3% sejak tahun 2021. Angka ini bukan sekadar statistik; ia adalah indikator revolusi ritel yang terus bergerak maju, menciptakan peluang dan tantangan baru bagi bisnis di seluruh dunia. Bagi para pelaku bisnis, memahami lanskap pasar e-commerce global bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan strategis. Setiap negara memiliki dinamikanya sendiri, didorong oleh faktor-faktor unik seperti adopsi teknologi, preferensi pembayaran, dan infrastruktur digital. Ketidakpahaman terhadap nuansa ini dapat menghambat potensi ekspansi dan pertumbuhan yang seharusnya bisa diraih.
Artikel ini disusun untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai tingkat penetrasi dan ukuran pasar e-commerce di berbagai negara kunci pada tahun 2025. Berdasarkan analisis data terkini dan proyeksi pasar dari lembaga-lembaga terkemuka, kami akan mengupas tuntas profil e-commerce dari negara-negara yang mendominasi, hingga mereka yang menunjukkan pertumbuhan paling agresif. Anda akan menemukan tidak hanya data angka, tetapi juga interpretasi mendalam mengenai tren mobile commerce, metode pembayaran favorit, dan platform e-commerce yang merajai setiap pasar. Pemahaman ini krusial untuk merumuskan strategi ekspansi lintas batas yang adaptif dan efektif, memastikan bisnis Anda tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang pesat di tengah kompetisi global yang ketat. Mari kita selami lebih dalam dinamika pasar e-commerce global dan persiapkan bisnis Anda untuk masa depan yang lebih digital.
Pasar E-commerce Global: Dinamika dan Proyeksi Mendalam 2025
Revolusi ritel digital telah mencapai puncaknya, dengan e-commerce yang kini menjadi tulang punggung perekonomian global. Proyeksi tahun 2025 menunjukkan bahwa penjualan e-commerce akan melonjak hingga $8.3 triliun, sebuah angka yang mencerminkan pertumbuhan 55.3% hanya dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Pertumbuhan ini tidak seragam di setiap wilayah; dinamika pasar sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor budaya, ekonomi, dan infrastruktur teknologi. Tiongkok, sebagai raksasa ekonomi dan digital, memimpin dominasi lanskap e-commerce global, diperkirakan akan menguasai 50% dari seluruh belanja online dunia pada tahun 2025, dengan nilai mencapai $3.2 triliun. Diikuti oleh Amerika Serikat dengan $1.8 triliun, Inggris Raya $0.7 triliun, Jepang $0.5 triliun, dan Jerman $0.4 triliun. Angka-angka ini tidak hanya menunjukkan ukuran pasar, tetapi juga mengindikasikan tingkat penetrasi e-commerce dalam total penjualan ritel. Tiongkok memimpin dengan tingkat penetrasi 47%, diikuti Indonesia (31.9%) dan Inggris Raya (30.6%), sementara Amerika Serikat, meskipun memiliki pasar yang besar, mempertahankan tingkat penetrasi yang lebih moderat di 15.8%. 
Peran Mobile Commerce dalam Lanskap Global
Ekspansi e-commerce global didorong secara signifikan oleh kekuatan mobile commerce. Diprediksi, mobile commerce akan menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan ritel online pada tahun 2025. Di Amerika, penjualan mobile commerce diperkirakan mencapai $900 miliar, atau hampir setengah dari total pendapatan e-commerce AS. Fenomena ini menunjukkan pergeseran perilaku konsumen yang kini lebih mengandalkan perangkat seluler untuk setiap aspek belanja online, mulai dari penjelajahan produk hingga penyelesaian pembayaran. Dengan 2.77 miliar orang, atau sekitar 33% dari populasi dunia, kini berpartisipasi dalam belanja online, pemahaman mendalam tentang lanskap e-commerce di setiap negara menjadi krusial. Bisnis yang berencana untuk ekspansi internasional harus menganalisis tidak hanya ukuran pasar, tetapi juga kebiasaan belanja mobile, preferensi pembayaran lokal, serta platform e-commerce yang dominan di setiap wilayah. Pendekatan yang disesuaikan akan menjadi kunci keberhasilan dalam merebut pangsa pasar di era digital ini. Untuk memahami lebih jauh perilaku konsumen yang terus berubah, Anda dapat membaca artikel kami tentang Perilaku Konsumen 2026 – Tren Revolusioner & Strategi Bisnis Wajib Tahu.
Proyeksi Pertumbuhan dan Pergeseran Pasar
Melihat proyeksi pertumbuhan yang luar biasa ini, sangat jelas bahwa e-commerce bukan lagi sekadar alternatif, melainkan inti dari strategi ritel masa depan. Setiap negara menghadirkan peluang unik dengan tantangannya sendiri. Misalnya, negara-negara dengan penetrasi tinggi mungkin menawarkan pasar yang lebih matang namun kompetitif, sementara negara dengan penetrasi yang lebih rendah bisa menjadi ‘frontier’ baru dengan potensi pertumbuhan yang belum tergarap. Pergeseran demografi, peningkatan akses internet, dan inovasi teknologi pembayaran akan terus membentuk ulang lanskap ini. Memahami pergeseran ini adalah fondasi bagi setiap bisnis yang ingin membangun kehadiran digital yang kuat dan berkelanjutan di skala global. Tidak hanya itu, pemahaman tentang bagaimana commerce engine bekerja juga sangat penting dalam ekosistem ini, detailnya bisa Anda temukan dalam artikel Commerce Engine – Hal Wajib Tahu Pengusaha Cerdas untuk Keunggulan Kompetitif 2025.
Tiongkok: Kekuatan Dominan dalam Penetrasi dan Volume E-commerce
Tiongkok secara konsisten memimpin dunia e-commerce dengan jangkauan pasar yang luar biasa dan terobosan teknologi yang tak tertandingi. Negara ini telah memantapkan dirinya sebagai pusat perdagangan digital, terutama berkat integrasi platform yang mulus dan strategi yang mengutamakan perangkat seluler. Keberhasilan Tiongkok dalam menciptakan ekosistem belanja online yang komprehensif, mulai dari pembelian bahan makanan hingga barang mewah, telah mengubah kebiasaan konsumen secara permanen.
Penetrasi dan Ukuran Pasar E-commerce Tiongkok
Dengan tingkat penetrasi e-commerce mencapai 47%, Tiongkok jauh melampaui negara-negara lain di dunia. Ini berarti hampir setengah dari populasinya rutin berbelanja online, menandakan budaya digital yang sangat dalam dan berkembang pesat dalam dekade terakhir. Tingkat ini diperkirakan akan terus meningkat beberapa poin antara tahun 2024 hingga 2029, menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat bahkan di pasar yang sudah matang. Pada tahun 2025, pasar e-commerce Tiongkok diperkirakan mencapai USD 1.53 triliun dan diproyeksikan melonjak hingga USD 2.52 triliun pada tahun 2030, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 10.42%. Tiongkok sendiri menguasai sekitar 50% dari seluruh transaksi jual beli online global. Data resmi menunjukkan penjualan ritel online tumbuh 9.2% dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, dengan penjualan komputer pribadi (+29.9%) dan perangkat wearable pintar (+28.4%) yang menunjukkan performa sangat baik.
Tren Mobile Commerce dan Metode Pembayaran Favorit
Mobile commerce menyumbang lebih dari 85% transaksi e-commerce di Tiongkok, menciptakan ekosistem belanja yang unik dan berpusat pada ponsel pintar. Hampir semua penduduk memiliki ponsel pintar, dan lebih dari 90% menggunakannya untuk menjelajahi internet atau berbelanja. Ini merupakan peningkatan drastis dari awal tahun 2010-an, di mana hanya 20% pembelian dilakukan melalui ponsel. Fenomena social commerce melalui livestreaming dan kolaborasi dengan influencer juga turut membentuk cara merek berinteraksi dengan pembeli, memadukan hiburan dengan pengalaman berbelanja. Dominasi dompet digital sangat terasa di Tiongkok, dengan lebih dari 88% penduduk menggunakannya. Alipay, yang berusia 20 tahun, adalah platform pembayaran terbesar dengan lebih dari 1 miliar pengguna, diikuti oleh WeChat Pay yang terintegrasi dalam aplikasi pesan populer yang memiliki lebih dari 1 miliar pengguna aktif bulanan. UnionPay berperan sebagai satu-satunya jaringan antarbank di negara tersebut, menawarkan layanan kartu dan opsi pembayaran seluler.
Platform E-commerce Utama Tiongkok
Taobao dan Tmall milik Alibaba secara kolektif menguasai 44% pangsa pasar, diikuti oleh JD.com dengan 24% dan Pinduoduo dengan 19%. Taobao sendiri menghasilkan USD 617 miliar pada tahun 2022. Douyin (TikTok versi Tiongkok) tumbuh sangat cepat melalui penjualan live-streaming, mencapai 2 triliun yuan pada tahun 2023, meningkat 60% dari tahun sebelumnya. JD.com menonjol dengan terobosan seperti kendaraan pengiriman tanpa pengemudi dan drone, sementara pendekatan belanja kelompok Pinduoduo mendorong pertumbuhannya yang ekstrem.
Indonesia: E-commerce Asia Tenggara yang Terus Meroket
Indonesia memegang posisi sebagai pasar e-commerce terbesar kedua di Asia Tenggara, didorong oleh adopsi internet yang pesat dan populasi muda yang melek teknologi. Pertumbuhan yang eksplosif ini mengubah lanskap ritel nasional, menjadikannya salah satu pasar yang paling dinamis dan menarik bagi investor global. Potensi pasar yang sangat besar ini didukung oleh infrastruktur digital yang terus membaik dan inovasi lokal yang berkelanjutan.
Penetrasi dan Ukuran Pasar E-commerce Indonesia
Tingkat penetrasi e-commerce Indonesia mencapai 31.9%, menempatkannya tepat di belakang Tiongkok dalam skala global. Aksesibilitas internet meningkat signifikan, dari 78.1% pada tahun 2023 menjadi 79.5% pada tahun 2024. Ekosistem digital negara ini diperkirakan akan berkembang hingga 46% pada tahun 2028, menunjukkan cepatnya adopsi teknologi digital oleh masyarakat. Pasar e-commerce Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 94.5 miliar pada tahun 2025 dan melonjak hingga USD 194.20 miliar pada tahun 2030. Nilai transaksi meningkat pesat dari USD 18.20 miliar menjadi USD 40.80 miliar antara tahun 2020 hingga 2024, dengan CAGR yang mengesankan sebesar 22.3%. Pasar pembayaran digital sendiri diproyeksikan mencapai USD 117 miliar pada akhir tahun 2025. Pertumbuhan ini menandakan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci di lanskap platform e-commerce global.
Tren Mobile Commerce dan Metode Pembayaran Indonesia
Perangkat seluler mendominasi e-commerce Indonesia, menyumbang 67% dari seluruh transaksi online. Sebanyak 95% pengguna internet berbelanja melalui ponsel pintar mereka, dengan sebagian besar pembeli lebih suka berbelanja antara pukul 18.00 hingga 21.00. Sekitar 37% masyarakat Indonesia berbelanja online setiap minggu, sementara 36% lainnya berbelanja beberapa kali dalam sebulan. Tingkat keterlibatan yang tinggi ini menunjukkan bahwa ponsel pintar bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga gerbang utama menuju pengalaman belanja yang seamless dan mudah. Untuk metode pembayaran, dompet digital telah menjadi primadona, dengan GoPay, DANA, OVO, dan ShopeePay menjadi merek-merek populer. Lebih dari 80% pembeli online di perkotaan secara teratur menggunakan dompet elektronik. Metode lain seperti transfer bank, kartu kredit, dan layanan BNPL (Buy Now Pay Later) juga memiliki pangsa pasar yang signifikan, namun dompet digital tetap menjadi pilihan utama berkat kemudahan dan promosi yang ditawarkan.
Platform E-commerce Utama Indonesia
Shopee mendominasi pasar dengan 36% pangsa pasar (GMV USD 18.7 miliar), diikuti ketat oleh Tokopedia dengan 35% (GMV USD 18.2 miliar). Lazada dan Bukalapak masing-masing memegang 10%, sementara TikTok Shop memiliki 5% dan Blibli 4%. Shopee menarik 133.1 juta kunjungan web bulanan pada tahun 2024, menjadikannya platform e-commerce yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. Keberhasilan platform-platform ini tidak lepas dari kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan preferensi lokal, menawarkan berbagai pilihan produk, layanan pengiriman yang efisien, serta program promosi yang menarik. Persaingan ketat di antara platform-platform ini mendorong inovasi yang terus-menerus, menguntungkan konsumen dan mempercepat adopsi e-commerce di seluruh negeri.
Inggris Raya: Pusat Inovasi E-commerce di Eropa
Inggris Raya memimpin sektor e-commerce di Eropa, dengan lingkungan ritel digital yang terus melampaui batas-batas perdagangan tradisional. Tingkat adopsi yang tinggi, dukungan infrastruktur yang kuat, dan inovasi yang berkelanjutan menjadikan Inggris sebagai pasar yang menarik dan menantang bagi bisnis online. Transformasi digital yang terjadi di sini adalah cerminan dari kesiapan konsumen dan investasi signifikan dalam teknologi e-commerce.
Penetrasi dan Ukuran Pasar E-commerce Inggris Raya
Inggris Raya menempati peringkat ketiga secara global dengan tingkat penetrasi e-commerce 30.6% pada tahun 2025, hanya kalah dari Tiongkok dan Indonesia. Ini berarti hampir sepertiga dari seluruh belanja ritel kini dilakukan melalui saluran digital. Tingkat ini telah meningkat secara stabil antara tahun 2017 hingga 2025, dan para ahli memprediksi tren kenaikan ini akan berlanjut selama lima tahun ke depan. Pasar e-commerce Inggris Raya mencapai USD 141.81 miliar pada tahun 2025, menjadikannya yang terbesar di Eropa. Pendapatan diperkirakan tumbuh sebesar 3.95% per tahun (CAGR 2025-2030) dan mencapai USD 155.42 miliar pada tahun 2030. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa e-commerce kini berkontribusi 9.3% terhadap PDB Inggris, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Ini menunjukkan kekuatan ekonomi digital yang mendalam dan kapasitas pasar yang matang.
Tren Mobile Commerce dan Metode Pembayaran di Inggris
Belanja melalui ponsel memimpin lanskap ritel online Inggris, menyumbang 60% dari total penjualan e-commerce. Mobile commerce diperkirakan akan melampaui angka £100 miliar pada tahun 2025. Sebanyak 75% pesanan online dilakukan melalui perangkat seluler. Menariknya, rata-rata pembelian melalui desktop adalah USD 125.00, sementara pesanan melalui ponsel pintar rata-rata USD 96.00, menunjukkan bahwa meskipun volume transaksi mobile tinggi, nilai transaksi individu mungkin lebih rendah dibandingkan desktop. Kartu kredit dan debit adalah tulang punggung pembayaran online di Inggris Raya. Visa/Mastercard digunakan oleh 97% konsumen, diikuti PayPal (82%) dan American Express (62%). Dompet digital seperti Apple Pay dan Google Pay juga terus mendapatkan popularitas, kini memproses 29% transaksi kartu. Adaptasi terhadap berbagai metode pembayaran ini penting bagi bisnis yang menargetkan pasar Inggris.
Platform E-commerce Utama Inggris Raya
Amazon mendominasi dunia digital Inggris, dengan 86% warga Inggris terus berbelanja di platform tersebut. Perusahaan ini menghasilkan sekitar USD 17 miliar pendapatan. eBay menempati posisi kedua dengan hampir 200 juta pengunjung bulanan. Shopify juga menunjukkan pertumbuhan yang pesat, dengan lebih dari 200.000 toko di Inggris yang menguasai 21% pangsa pasar belanja online. Keberadaan platform-platform raksasa ini menciptakan ekosistem yang sangat kompetitif, di mana merek harus berinovasi untuk menarik perhatian konsumen. Bagi bisnis, ini berarti memilih platform yang tepat dengan strategi yang sesuai untuk menembus pasar yang sudah jenuh namun kaya akan potensi.
Korea Selatan: Infrastruktur Digital dan Daya Beli Tinggi
Korea Selatan telah menjelma menjadi kekuatan teknologi global, didukung oleh infrastruktur digital yang sangat andal dan mempercepat pertumbuhan sektor e-commerce-nya. Populasi yang melek teknologi dan konektivitas internet yang luar biasa menciptakan kondisi ideal untuk pertumbuhan ritel online yang berkelanjutan. Inovasi terus-menerus dalam teknologi dan layanan digital telah membentuk konsumen yang cerdas dan menuntut pengalaman belanja yang mulus dan efisien.
Penetrasi dan Ukuran Pasar E-commerce Korea Selatan
Korea Selatan menempati peringkat keempat secara global dalam penetrasi e-commerce dengan 30% pada tahun 2025, sedikit di bawah Tiongkok, Indonesia, dan Inggris Raya. Angka yang mengesankan ini diperkirakan akan mencapai 46% pada tahun 2027. Saat ini, 84.3% warga Korea Selatan berbelanja online, dan para ahli memprediksi angka ini akan meningkat menjadi 96.1% pada tahun 2030. Ini menunjukkan tingkat adopsi digital yang hampir menyeluruh di antara populasi. Nilai pasar e-commerce negara ini mencapai USD 147 miliar pada tahun 2025, menjadikannya yang terbesar kelima di dunia. Sektor ini tumbuh secara stabil dengan CAGR 4.54% hingga tahun 2030, dengan proyeksi mencapai USD 97.56 miliar. Volume ritel e-commerce tercatat sebesar USD 148.50 miliar pada tahun 2024, sementara pembelian lintas batas mencapai USD 1.6 miliar. Data ini menegaskan posisi Korea Selatan sebagai pasar e-commerce yang sangat penting.
Tren Mobile Commerce dan Metode Pembayaran Populer
Mobile commerce kini mendominasi dunia digital Korea, menyumbang 75% dari seluruh transaksi online. Penjualan belanja melalui ponsel terus tumbuh secara konsisten sejak tahun 2013, mencapai USD 11.8 miliar pada tahun 2024. Adopsi ponsel pintar yang tinggi telah menciptakan budaya belanja yang mengutamakan mobile, di mana pengguna mengharapkan pengalaman yang mulus di layar yang lebih kecil. Preferensi pembayaran online di Korea menunjukkan dominasi kartu kredit, yang digunakan dalam 58% transaksi. Dompet digital seperti KakaoPay dan Naver Pay juga semakin populer, menguasai 24% pangsa pasar. Meskipun setiap orang rata-rata memiliki sekitar 6.7 kartu, tren menuju pembayaran digital yang lebih terintegrasi dengan gaya hidup sehari-hari terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa meskipun tradisionalisme masih ada, inovasi pembayaran digital cepat diadopsi.
Platform E-commerce Utama Korea Selatan
Coupang mendominasi pasar dengan 39.7% pangsa pasar, diikuti oleh Naver Shopping. Kedua platform ini secara kolektif mengontrol sekitar 65% pasar. Gmarket mengklaim 15% pangsa pasar, sementara 11Street memegang 13%. AliExpress telah melipatgandakan pengguna aktif bulanan menjadi 9.5 juta pada tahun 2023. Keberhasilan Coupang didorong oleh layanan
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Negara-negara dengan tingkat penetrasi e-commerce tertinggi di tahun 2025 adalah Tiongkok (47%), Indonesia (31.9%), dan Inggris Raya (30.6%). Korea Selatan dan Amerika Serikat juga memiliki tingkat penetrasi yang tinggi meskipun volume pasarnya berbeda.
Mobile commerce menjadi pendorong utama pertumbuhan e-commerce global, diperkirakan akan menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan online pada tahun 2025. Di banyak negara, seperti Tiongkok dan sebagian besar Asia Tenggara, mayoritas transaksi e-commerce terjadi melalui perangkat seluler, menunjukkan pergeseran perilaku konsumen yang signifikan.
Memahami perbedaan pasar e-commerce antar negara sangat penting untuk strategi ekspansi yang efektif. Setiap negara memiliki preferensi pembayaran, platform dominan, kebiasaan belanja mobile, dan faktor budaya unik. Bisnis harus menyesuaikan strategi pemasaran, logistik, dan layanan pelanggan mereka agar sesuai dengan karakteristik lokal untuk mencapai keberhasilan maksimal.
Kesimpulan
Dinamika pasar e-commerce global terus mengalami perubahan signifikan, membentuk ulang lanskap ritel di berbagai belahan dunia. Tiongkok memimpin dengan tingkat penetrasi yang mengesankan sebesar 47%, menjadikan belanja online sebagai metode utama bagi hampir setengah populasinya. Diikuti oleh Indonesia dan Inggris Raya, yang keduanya menunjukkan penetrasi lebih dari 30%, meskipun dengan jalur pertumbuhan dan karakteristik pasar yang berbeda. Pergeseran perilaku konsumen menuju mobile commerce menjadi pendorong utama ekspansi ritel di seluruh dunia, diprediksi akan menyumbang lebih dari 70% dari seluruh penjualan online pada tahun 2025. Negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Thailand, dan Filipina menunjukkan adopsi belanja mobile yang sangat kuat, dengan sebagian besar transaksi e-commerce mereka terjadi melalui ponsel.
Preferensi metode pembayaran juga bervariasi antar wilayah. Dompet digital sangat dominan di pasar Asia, sementara kartu kredit tetap menjadi pilihan utama di Amerika Utara dan Eropa. Demikian pula, platform e-commerce terkemuka berbeda di setiap wilayah; Amazon menguasai pasar Barat, Shopee mendominasi Asia Tenggara, dan Mercado Libre merajai Amerika Latin. Dari analisis 17 pasar e-commerce utama ini, jelas bahwa keberhasilan ritel online tidak hanya ditentukan oleh akses internet semata. Faktor-faktor seperti kepercayaan konsumen terhadap belanja online, sistem pembayaran yang efisien, jaringan pengiriman yang kuat, dan tingkat adopsi ponsel pintar memainkan peran krusial. Perusahaan yang ingin sukses secara global harus mengadaptasi strategi mereka agar sesuai dengan prioritas lokal, bukan menerapkan pendekatan ‘satu ukuran untuk semua’. Dengan proyeksi pertumbuhan e-commerce global yang mencapai $8.3 triliun pada tahun 2025, memahami dan beradaptasi dengan karakteristik unik setiap pasar adalah kunci untuk memenangkan persaingan di arena digital global. Manfaatkan insight ini untuk menyusun strategi yang tepat dan memimpin di pasar e-commerce Anda.
Siap Mengembangkan Bisnis Anda di Kancah E-commerce Global? Konsultasikan Strategi Anda Sekarang!