Kasus santri asal Kediri yang bersekolah di Pondok Pesantren Al Hanifiyah menghebohkan keluarga korban dan juga massa karena kematiannya yang aneh. Dia dikabarkan meninggal karena terjatuh di kamar mandi, namun keluarganya menemukan tubuhnya penuh luka dan lebam.
Pelajar malang tersebut adalah Bintang Balqis Maulana asal Banyuwangi, berusia 14 tahun. Dalam video yang beredar di media sosial, pihak keluarga tampak histeris saat mendapati tubuh Bintang berdarah, kaku, dan tak bernyawa. Mereka juga mengucapkan terima kasih kepada pengurus pesantren atas pengawasan dan tanggung jawabnya. Sebab mereka menampung anak dan keponakannya, namun akhirnya meninggal.
Pondok Pesantren Al Hanifiyah memberikan informasi meninggalnya salah satu santrinya
Pertama, Gus Fatih yang mendapat kabar meninggalnya Bintang, diceritakan muridnya terjatuh di kamar mandi. Informasi tersebut didapatnya saat bangun tidur pada Jumat (23/2) pagi.
Gus Fatih kemudian mengucapkan terima kasih kepada kerabat almarhum. Bintang yang juga tinggal di tempat yang sama itu juga mengaku meninggal akibat terjatuh dari kamar mandi. Namun kasus ini kemudian menjadi lebih menonjol karena pihak keluarga datang ke penginapan dan mengamuk sambil histeris menuntut tanggung jawab terhadap almarhum. Bintang kematian yang tidak wajar.
Akhirnya kasus ini membuat 4 nama diamankan Polres Kediri. Empat orang di antaranya merupakan terduga pelaku penganiayaan terhadap korban, antara lain AF (16) asal Denpasar, MA (18) asal Nganjuk, Bungbulang (18) asal Sidoarjo, dan AK (17) asal Surabaya. Kesulitan ini diyakini disebabkan oleh senioritas.
Sementara itu, Gus Fatih mengatakan pihak pesantren tidak memberikan sanksi atau hukuman fisik sepihak jika santri melakukan kesalahan. Jadi harus melalui pembahasan terlebih dahulu. Namun nampaknya remaja senior ini mengambil langkah pertama yang akhirnya membahayakan nyawa siswa SMP-nya.
Isi perbincangan WA Bintang beberapa waktu lalu memang mengejutkan
Saat Gus Fatih menyampaikan kabar tersebut, orang pertama yang dihubungi adalah paman korban, Suryanto. Sebab, ia tidak berhubungan langsung dengan keluarga Bintang. Paman saya datang sambil menangis dan menyesali mengapa pihak penginapan tidak bertindak cepat ketika hal ini terjadi.
Tapi, ada cerita sedih dari sang ibu. Pasalnya, ternyata Bintang sudah beberapa lama menunjukkan rasa takut, yakni mengirimkan chat ke ibunya untuk meminta dijemput karena takut. Namun ibunya sedang berada di Bali untuk bekerja sehingga meminta anaknya bersabar hingga bulan puasa.
Menurut Suryanti, sang anak terdiam, lalu ditanya alasannya ingin kembali dan dijemput, tidak menjelaskan apa pun. Sementara saat ibunya sudah siap menjemputnya, Bintang mengaku tidak membutuhkannya karena dia merasa nyaman berada di sana.
Karena keinginan Bintang untuk berubah, Suryanti menasihati anaknya untuk membaca Al-Qur’an agar lebih kuat didalamnya. Ia pun mengingatkan putra bungsunya untuk melapor ke pihak pesantren jika terjadi sesuatu. Selain itu, ia juga menjanjikan sepeda motor sebagai motivasi bagi almarhum. Bintang.
BACA JUGA: Kasus perundungan muncul di Binus School Serpong yang melibatkan anak-anak artis
Rupanya takdir berkata lain, pelajar muda ini menemui ajal di tangan seniornya sendiri. Sang ibu membesarkan anaknya dengan gemetar dan histeris, karena kehidupan putra bungsunya berakhir tragis. Semoga pihak keluarga diberi kekuatan dan proses hukum ini segera memberikan sanksi tegas kepada pelakunya.