Bukan karena politik, kali ini mahasiswa turun lapangan untuk melakukan demonstrasi soal pembayaran UKT melalui pinjaman yang ditawarkan ITB. Hal ini terungkap di media sosial X, dan permasalahan pun memuncak hingga mahasiswa melakukan demonstrasi.
Permasalahan ini muncul ketika sejumlah mahasiswa tidak mengisi formulir rencana studi (FRS/KRS) karena tunggakan pembayaran UKT. Karena ternyata menjadi syarat untuk bisa melanjutkan prosedur, maka pihak kampus menyebut ada opsi melalui pinjaman online.
Hal ini mengagetkan Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB) hingga mulai terjadi gerakan perlawanan yang menuntut rektor mengambil langkah untuk membantu mahasiswa mengakses pendidikan. Selain itu, mereka sendiri akhirnya mengambil langkah untuk menggalang dana bagi mahasiswa yang terdampak permasalahan UKT.
Kampus ITB memberikan berbagai pilihan bagi mahasiswa untuk membayar UKT
ITB sendiri menegaskan kerja sama dengan PT Inclusive Finance Group (Dana Cita) merupakan salah satu cara pembayaran UKT bagi mahasiswa yang bermasalah. Namun skema pelunasan pinjaman online ini dinilai merugikan mahasiswa.
Dalam beberapa aspek, pinjol memang diterapkan di masyarakat bagi mereka yang membutuhkan dana cepat dan mendesak. Namun, seperti kita ketahui, banyak efek samping yang lebih sering terjadi di masyarakat. Diantaranya adalah tujuan pinjaman yang tidak tepat, suku bunga yang tinggi dan banyak masyarakat yang mengalami kesulitan dalam membayar.
Mahasiswa melakukan demonstrasi untuk membayar UKT yang tidak melibatkan pinjaman
Hal ini juga menjadi perhatian mahasiswa ITB. Dimana mereka berharap pendidikan yang seharusnya bisa memerdekakan akal sehat, namun dalam hal ini justru mengeksploitasi keuangan peserta didiknya. Terakhir, pada Senin (29/1) mahasiswa akhirnya menggelar aksi demonstrasi di depan kampus.
Rektor akhirnya mau bertemu dengan perwakilan mahasiswa dan dilarang merekam apapun yang terjadi di ruang pertemuan. Ada 4 hal yang dituntut mahasiswa, yaitu:
- Memaksimalkan sumber daya (beasiswa) dan skema (keringanan UKT dan cicilan) untuk mengelola dana lain yang tidak membebani mahasiswa;
- Menerapkan kebijakan yang transparan dan adil;
- Menghapus opsi pengelolaan dana dalam bentuk pinjaman online pilihan;
- Memastikan seluruh mahasiswa ITB dapat mengisi FRS dan mendownload KSM.
Namun sayang, usai sesi mediasi tersebut, pertemuan tersebut disebut menemui jalan buntu atau deadlock. Sebab, belum ada tanggapan dari pihak ITB setelah para mahasiswa tersebut menyerahkan pembebasannya.
Penjelasan Humas ITB
Kepala Biro Komunikasi dan Humas ITB Naomi Haswanto menjelaskan kepada media, “Pimpinan ITB menyambut kedatangan mahasiswa dan menjelaskan kebijakan ITB mengenai UKT, bantuan beasiswa dan bantuan lainnya, menjelaskan bahwa ITB harus memberikan pilihan sebanyak-banyaknya dalam prosedur pembayaran UKT. dia berkata.
Dijelaskannya juga, pihak kampus akan memproses Formulir Rencana Studi oleh Direktur Pendidikan pada waktu yang ditentukan. Naomi menambahkan, mahasiswa harus tetap mempunyai opini yang baik tentang ITB karena tidak akan merugikan mahasiswanya.
Selain itu, pembayaran dengan metode pinjaman suku bunga hanyalah salah satu pilihan. Masih banyak jalan lain, termasuk pinjaman perbankan yang bunganya nol persen.
BACA JUGA: Kenalkan swing voter, sebutan bagi netizen yang masih bingung menentukan pilihan politiknya
Namun sebagian pengamat pendidikan kurang setuju dengan dibukanya jalur pinjaman ini, karena bisa jadi akan menimbulkan kerugian bagi siswa itu sendiri. Hal itu disampaikan Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda.