S ejak Microsoft secara resmi mengakhiri dukungan untuk Windows 10 pada 14 Oktober 2025, banyak pengguna dan organisasi di seluruh dunia dihadapkan pada sebuah dilema kritis. Ini bukan sekadar tentang perangkat lunak yang ‘usang’ atau ‘obsolete’, melainkan peringatan serius dari Microsoft sendiri mengenai bahaya yang mengintai. Dalam lanskap ancaman siber yang terus berkembang pesat, meninggalkan sistem operasi tanpa pembaruan keamanan ibarat membiarkan pintu rumah terbuka lebar di tengah malam. Artikel ini hadir sebagai panduan komprehensif untuk mengupas tuntas mengapa Windows 10 kini menjadi titik lemah dalam pertahanan digital Anda, meninjau risiko-risiko spesifik yang mungkin muncul, serta memberikan solusi dan langkah-langkah mitigasi yang dapat Anda ambil. Berdasarkan analisis mendalam terhadap pernyataan resmi Microsoft dan praktik keamanan siber terbaik, kami akan menjelaskan dampak potensial bagi pengguna pribadi maupun bisnis, mengevaluasi opsi seperti Extended Security Update (ESU), dan membahas jalur migrasi yang aman ke Windows 11 atau alternatif sistem operasi lainnya. Jika Anda masih menggunakan Windows 10, memahami ancaman ini adalah langkah pertama dan terpenting untuk menjaga keamanan data dan integritas sistem Anda.
Ancaman Keamanan Windows 10: Mengapa Ini Serius?
Berakhirnya dukungan resmi untuk Windows 10 oleh Microsoft pada 14 Oktober 2025 bukan sekadar batas waktu administratif, melainkan penanda dimulainya era baru risiko keamanan yang signifikan bagi jutaan pengguna di seluruh dunia. Inti dari ancaman ini adalah penghentian pembaruan keamanan rutin. Sebelum tanggal tersebut, Microsoft secara aktif memantau, mengidentifikasi, dan menambal kerentanan (vulnerability) dalam sistem operasi mereka melalui pembaruan bulanan. Pembaruan ini bagaikan imunitas yang terus-menerus diperbarui terhadap ‘virus’ siber yang terus bermutasi.
Tanpa pembaruan ini, setiap celah keamanan baru yang ditemukan—baik yang sudah diketahui publik (known vulnerabilities) maupun yang belum (zero-day exploits)—tidak akan pernah diperbaiki oleh Microsoft. Ini menciptakan sebuah ‘jendela terbuka’ bagi para penyerang siber, seperti yang secara eksplisit diperingatkan oleh Microsoft sendiri: “Peretas tidak perlu membobol gembok terkuat Anda. Mereka hanya menunggu jendela terbuka.” Ini berarti, bahkan jika Anda telah melakukan semua tindakan pencegahan lain, sistem operasi Anda memiliki kerentanan bawaan yang tidak dapat ditambal lagi. Ancaman ini menjadi semakin serius mengingat semakin canggihnya metode serangan siber, mulai dari ransomware yang mengunci data Anda hingga spyware yang mencuri informasi pribadi. Keberadaan kerentanan yang tak terpecahkan ini mengubah Windows 10 dari sistem operasi yang kokoh menjadi target yang empuk bagi setiap ancaman digital.
Implikasinya tidak hanya terbatas pada potensi serangan langsung, tetapi juga pada ekosistem perangkat lunak yang lebih luas. Pengembang aplikasi pihak ketiga, browser web, dan perangkat lunak keamanan secara bertahap akan menghentikan dukungan untuk Windows 10, membuat aplikasi-aplikasi ini kurang aman atau tidak berfungsi optimal. Kondisi ini memperlebar celah pertahanan dan mempersulit pengguna untuk menjaga diri tetap terlindungi. Oleh karena itu, memahami bahwa risiko ini bersifat fundamental dan berkelanjutan adalah langkah pertama yang krusial bagi setiap individu atau organisasi yang masih bergantung pada Windows 10.

Mengenal Risiko Utama Pasca-Dukungan Resmi Windows 10
Setelah penghentian dukungan resmi, berbagai risiko keamanan akan meningkat secara signifikan, mengancam integritas data dan privasi pengguna. Risiko yang paling fundamental adalah paparan terhadap kerentanan yang tidak ditambal. Setiap hari, kerentanan baru ditemukan dalam perangkat lunak, dan tanpa pembaruan keamanan, sistem Windows 10 Anda akan selamanya memiliki celah-celah ini. Para peretas secara aktif memindai internet untuk mencari sistem yang rentan, dan Windows 10 yang tidak didukung akan menjadi target utama mereka. Ini mencakup kerentanan dalam kernel sistem operasi, driver perangkat keras, hingga komponen jaringan.
Selain itu, risiko zero-day exploits, yaitu serangan yang memanfaatkan kerentanan yang belum diketahui oleh pengembang atau belum ada patch-nya, akan menjadi lebih berbahaya. Meskipun zero-day selalu menjadi ancaman, untuk sistem yang didukung, patch akan segera dikembangkan begitu kerentanan terungkap. Namun, bagi Windows 10, kerentanan zero-day akan tetap menjadi zero-day selamanya, memungkinkan peretas untuk mengeksploitasinya tanpa batas waktu. Peretas juga dapat menggunakan metode vulnerability chaining, yaitu menggabungkan beberapa kerentanan kecil untuk membuat jalur serangan yang lebih besar dan lebih efektif.
Risiko lainnya mencakup masalah kompatibilitas perangkat lunak dan perangkat keras di masa mendatang. Pengembang aplikasi dan produsen perangkat keras akan fokus pada sistem operasi yang lebih baru, seperti Windows 11. Ini berarti aplikasi vital, driver perangkat, dan bahkan browser web mungkin tidak lagi menerima pembaruan keamanan atau fungsionalitas di Windows 10. Bayangkan jika browser Anda tidak lagi mendukung standar keamanan web terbaru, membuat Anda rentan terhadap situs web berbahaya, atau antivirus Anda berhenti berfungsi optimal karena tidak kompatibel dengan OS yang usang. Situasi ini secara kumulatif memperlemah pertahanan digital Anda, menjadikannya kurang handal dan lebih rentan terhadap serangan.
Celah Keamanan dan Eksploitasi: Jendela bagi Peretas
Penghentian dukungan Windows 10 secara efektif membuka ‘jendela’ bagi peretas untuk melancarkan serangan yang lebih mudah dan lebih merusak. Tanpa pembaruan keamanan, setiap kerentanan yang terungkap dalam kode Windows 10 menjadi pintu masuk permanen bagi aktor jahat. Peretas tidak perlu lagi berinvestasi dalam metode serangan yang kompleks; mereka hanya perlu mengeksploitasi kerentanan yang sudah ada dan tidak akan pernah diperbaiki. Ini adalah skenario impian bagi penjahat siber.
Jenis-jenis eksploitasi yang mungkin terjadi sangat beragam. Salah satunya adalah serangan malware yang lebih efektif. Malware, termasuk ransomware yang mengunci data Anda hingga meminta tebusan, spyware yang mencuri informasi pribadi, atau trojan yang menyusup ke sistem, akan lebih mudah menembus pertahanan Windows 10 yang tidak terpatch. Peretas dapat menyisipkan kode berbahaya ke dalam situs web yang tampaknya sah, email phishing, atau bahkan melalui jaringan lokal. Begitu masuk, tanpa mekanisme keamanan yang diperbarui, malware tersebut dapat beroperasi dengan leluasa, mencuri data, merusak sistem, atau menyebarkan dirinya ke perangkat lain.
Dampak lain yang tak kalah serius adalah potensi data breach. Informasi sensitif seperti data pribadi, kredensial login, dan informasi keuangan dapat dicuri jika peretas berhasil mendapatkan akses ke sistem Anda. Bagi bisnis, ini bisa berarti kerugian finansial yang besar akibat denda regulasi, biaya pemulihan data, dan kerusakan reputasi yang tidak dapat diukur. Microsoft sendiri menegaskan bahwa “Infrastruktur yang tidak didukung cenderung memiliki biaya pemulihan lebih tinggi, downtime lebih lama, dan kerusakan reputasi lebih besar dibandingkan sistem yang masih aktif didukung.” Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa konsekuensi dari penggunaan Windows 10 yang tidak didukung jauh melampaui sekadar ketidaknyamanan teknis, menyentuh inti dari operasional dan kredibilitas digital Anda.
Dampak Ancaman Keamanan Windows 10 pada Pengguna Pribadi dan Bisnis
Ancaman keamanan Windows 10 pasca-EoL memiliki implikasi yang luas dan serius, baik bagi pengguna pribadi maupun entitas bisnis. Bagi pengguna individu, risiko paling nyata adalah kehilangan atau pencurian data. Foto, dokumen penting, informasi perbankan, dan kredensial login ke berbagai layanan online semuanya bisa menjadi sasaran empuk. Ransomware dapat mengunci seluruh file Anda, menuntut tebusan yang seringkali tidak menjamin pengembalian data, sementara spyware dapat memantau aktivitas Anda secara diam-diam, mencuri identitas, atau bahkan mengendalikan perangkat Anda dari jarak jauh. Kehilangan privasi dan keamanan finansial adalah konsekuensi langsung dari kurangnya pertahanan yang memadai.
Bagi bisnis dan organisasi, dampaknya jauh lebih parah dan kompleks. Selain potensi kerugian finansial langsung dari serangan siber—seperti biaya pemulihan sistem, denda regulasi privasi data (misalnya GDPR jika berlaku), dan kerugian akibat downtime operasional—ada pula ancaman terhadap reputasi dan kepercayaan pelanggan. Pelanggan modern sangat sensitif terhadap pelanggaran data; insiden keamanan dapat mengikis kepercayaan yang telah dibangun bertahun-tahun dalam semalam. Selain itu, sistem yang tidak didukung seringkali gagal memenuhi standar kepatuhan dan regulasi industri, yang dapat mengakibatkan sanksi hukum dan denda yang signifikan. Sebuah infrastruktur IT yang rentan juga dapat menyebabkan keterlambatan bisnis, hilangnya produktivitas karyawan, dan peningkatan biaya operasional jangka panjang.
Microsoft sendiri menekankan bahwa setiap bulan penundaan migrasi ke sistem baru memberi keuntungan bagi para penyerang. Ini bukan hanya tentang risiko teknis, tetapi juga tentang risiko strategis dan finansial yang memengaruhi kelangsungan operasional. Perusahaan yang mengabaikan peringatan ini menempatkan aset digital mereka, data pelanggan, dan bahkan masa depan bisnis mereka dalam bahaya besar. Oleh karena itu, evaluasi risiko yang cermat dan pengambilan tindakan proaktif adalah keharusan, bukan pilihan, untuk semua entitas yang masih mengoperasikan Windows 10.
Extended Security Update (ESU): Solusi Sementara atau Jebakan?
Menyadari bahwa tidak semua pengguna, terutama organisasi besar, dapat bermigrasi ke Windows 11 secara instan, Microsoft menawarkan program Extended Security Update (ESU). Program ini memungkinkan pengguna Windows 10 versi tertentu, terutama yang berada di segmen bisnis (Pro, Enterprise, Education), untuk terus menerima pembaruan keamanan kritis dan penting hingga tiga tahun setelah tanggal EoL resmi. ESU tersedia dengan biaya berlangganan yang meningkat setiap tahunnya, dan bagi pengguna rumahan atau individu biasa, opsi ini tidak tersedia.
Meskipun ESU terdengar seperti penyelamat, penting untuk memahami bahwa ini hanyalah solusi sementara dan bukan pengganti untuk upgrade sistem operasi penuh. ESU hanya menyediakan patch keamanan untuk kerentanan yang teridentifikasi, tanpa menyertakan fitur baru, perbaikan non-keamanan, atau dukungan teknis non-ESU. Ini berarti sistem Anda akan tetap ‘beku’ dalam hal fungsionalitas dan inovasi, dan hanya akan menerima pembaruan minimal yang diperlukan untuk menambal lubang keamanan yang paling mendesak. Ini ibarat menambal kebocoran kecil pada kapal yang secara fundamental sudah tua dan tidak didesain untuk pelayaran panjang di laut lepas.
Selain keterbatasan fungsional, biaya ESU yang terus meningkat menjadi beban tambahan bagi organisasi. Pada tahun pertama, biayanya relatif terjangkau, tetapi akan berlipat ganda pada tahun kedua, dan berlipat ganda lagi pada tahun ketiga. Struktur biaya ini dirancang untuk mendorong organisasi agar segera bermigrasi, bukan untuk mengandalkan ESU sebagai solusi jangka panjang. Microsoft secara eksplisit tidak mempromosikan ESU sebagai jawaban permanen dalam pengumumannya, mengisyaratkan bahwa risiko keamanan modern memerlukan fondasi sistem operasi yang lebih baru dan lebih aman seperti Windows 11. Mengandalkan ESU terlalu lama dapat menciptakan rasa aman yang semu, sambil menunda investasi yang sebenarnya diperlukan untuk keamanan digital yang kokoh.
Migrasi ke Windows 11: Langkah Aman dan Manfaatnya
Pilihan paling aman dan direkomendasikan oleh Microsoft untuk mengatasi ancaman keamanan Windows 10 adalah bermigrasi ke Windows 11. Windows 11 dirancang dengan arsitektur keamanan yang lebih modern dan fitur-fitur yang tidak ada di Windows 10, menjadikannya benteng yang jauh lebih kuat melawan serangan siber. Salah satu persyaratan utama Windows 11 adalah keberadaan chip Trusted Platform Module (TPM) 2.0 dan Secure Boot yang diaktifkan, yang secara fundamental meningkatkan integritas sistem dari boot-up hingga runtime.
Fitur keamanan kunci lainnya di Windows 11 meliputi: Dark Mode Windows 11 bukan hanya soal estetika, melainkan bagian dari desain modern yang mengintegrasikan berbagai elemen keamanan. Windows 11 juga mengimplementasikan Virtualization-Based Security (VBS) dan Hypervisor-protected Code Integrity (HVCI) secara lebih luas, yang mengisolasi bagian-bagian penting dari sistem operasi dari potensi serangan. Windows Hello for Business menyediakan otentikasi biometrik yang kuat, mengurangi ketergantungan pada kata sandi yang rentan. Selain itu, Microsoft terus berinvestasi dalam inisiatif keamanan seperti Secure Future Initiative (SFI) yang memastikan Windows 11 tetap di garis depan dalam perlindungan terhadap ancaman terbaru.
Selain peningkatan keamanan, Windows 11 juga membawa peningkatan kinerja dan pengalaman pengguna yang lebih baik, termasuk antarmuka yang lebih modern dan integrasi Copilot+ PC yang mampu menjalankan berbagai beban kerja AI. Ini berarti pengguna tidak hanya mendapatkan sistem yang lebih aman, tetapi juga lebih efisien dan siap untuk masa depan komputasi. Bagi organisasi, migrasi ke Windows 11 juga memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan terbaru dan memberikan fondasi yang stabil untuk inovasi digital di masa depan. Meskipun mungkin memerlukan investasi awal untuk perangkat keras yang kompatibel atau proses migrasi, manfaat keamanan dan fungsionalitas jangka panjang jauh melampaui biaya tersebut, menjadikan Windows 11 sebagai pilihan yang bijak dan krusial.
Alternatif Sistem Operasi Selain Windows 11: Pilihan Lain
Bagi Anda yang mungkin tidak memenuhi persyaratan perangkat keras Windows 11 atau mencari opsi lain di luar ekosistem Microsoft, ada beberapa alternatif sistem operasi yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan keamanan digital. Salah satu pilihan paling populer adalah distribusi Linux. Linux dikenal dengan model keamanannya yang kuat, sifat sumber terbuka (open source) yang memungkinkan komunitas untuk terus memverifikasi dan memperbaiki kode, serta fleksibilitas yang luar biasa.
Distribusi seperti Ubuntu, Linux Mint, atau ElementaryOS 8 menawarkan pengalaman pengguna yang ramah dan antarmuka grafis yang intuitif, menjadikannya pilihan yang sangat baik bagi mereka yang beralih dari Windows. Keamanan Linux sering dianggap superior karena kerentanan biasanya diperbaiki lebih cepat dan ekosistemnya kurang menjadi target utama serangan masif dibandingkan Windows. Selain itu, banyak distribusi Linux membutuhkan sumber daya perangkat keras yang lebih rendah, menjadikannya pilihan ideal untuk PC yang lebih tua yang mungkin tidak kompatibel dengan Windows 11. Namun, penting untuk diingat bahwa migrasi ke Linux memerlukan kurva belajar dan mungkin ada masalah kompatibilitas dengan perangkat lunak atau game tertentu yang Anda gunakan.

Selain Linux, pengguna produk Apple dapat mempertimbangkan macOS sebagai alternatif. macOS menawarkan ekosistem yang terintegrasi dengan baik, fitur keamanan yang kuat, dan pengalaman pengguna yang premium. Meskipun biasanya memerlukan perangkat keras Apple, ia menyediakan lingkungan yang relatif aman dan stabil. Pilihan alternatif ini memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk memilih sistem operasi yang paling sesuai dengan kebutuhan keamanan, kinerja, dan preferensi pribadi mereka, terutama jika mereka ingin sepenuhnya menjauh dari risiko yang ditimbulkan oleh Windows 10 yang tidak didukung. Evaluasi kebutuhan Anda secara cermat dan pertimbangkan uji coba sebelum beralih sepenuhnya.
Strategi Mitigasi: Melindungi Diri Jika Tetap di Windows 10 (sementara)
Meskipun sangat disarankan untuk bermigrasi dari Windows 10 yang tidak didukung, ada situasi di mana hal tersebut tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Dalam kasus ini, penting untuk menerapkan strategi mitigasi keamanan yang kuat untuk meminimalkan risiko, meskipun harus diingat bahwa ini hanyalah tindakan sementara dan tidak dapat sepenuhnya meniadakan kerentanan sistem. Langkah pertama adalah memastikan semua perangkat lunak lain yang terinstal—termasuk browser web, antivirus, aplikasi produktivitas, dan utilitas lainnya—selalu diperbarui ke versi terbaru. Banyak kerentanan siber dieksploitasi melalui aplikasi pihak ketiga, jadi menjaga mereka tetap terpatch dapat menutup beberapa celah.
Penggunaan perangkat lunak antivirus dan firewall pihak ketiga yang terkemuka menjadi sangat krusial. Meskipun Windows Defender tidak lagi menerima pembaruan definisi, solusi antivirus premium dari vendor tepercaya dapat memberikan lapisan perlindungan tambahan terhadap malware dan ancaman lain. Konfigurasi firewall yang ketat, baik dari Windows Defender Firewall yang masih berfungsi atau solusi pihak ketiga, dapat membantu memblokir koneksi yang tidak diinginkan dan membatasi akses keluar dari sistem Anda. Selain itu, praktik keamanan dasar namun efektif seperti penggunaan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun, serta mengaktifkan otentikasi dua faktor (2FA) di mana pun tersedia, dapat melindungi kredensial Anda bahkan jika sistem operasi Anda rentan.
Pencadangan data (data backup) secara rutin adalah keharusan mutlak. Simpan salinan semua file penting Anda di lokasi terpisah yang aman, baik di penyimpanan eksternal (hard drive eksternal, USB) yang terputus dari PC saat tidak digunakan, maupun layanan cloud terenkripsi. Ini akan memastikan Anda dapat memulihkan data jika terjadi serangan ransomware atau kegagalan sistem. Terakhir, bagi pengguna bisnis, pertimbangkan isolasi jaringan (network segmentation) untuk memisahkan perangkat Windows 10 yang rentan dari segmen jaringan yang lebih krusial. Batasi akses internet dan penggunaan aplikasi hanya pada yang benar-benar esensial. Ingatlah, semua langkah ini adalah upaya defensif yang bertujuan untuk ‘membeli waktu’ dan mengurangi eksposur, tetapi bukan solusi jangka panjang untuk ancaman keamanan Windows 10 yang mendalam.
Masa Depan Keamanan Digital Anda: Mengambil Keputusan Tepat
Menghadapi berakhirnya dukungan Windows 10, keputusan yang Anda ambil mengenai masa depan keamanan digital Anda sangatlah penting. Mengabaikan peringatan Microsoft bukan hanya berisiko tinggi tetapi juga dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang serius, baik secara finansial maupun reputasi. Pilihan Anda—apakah itu bermigrasi ke Windows 11, beralih ke sistem operasi alternatif, atau memanfaatkan Extended Security Update sebagai jembatan sementara—harus didasarkan pada pemahaman mendalam tentang risiko dan kebutuhan spesifik Anda.
Bagi sebagian besar pengguna pribadi, migrasi ke Windows 11 adalah jalur yang paling jelas dan direkomendasikan. Ini menawarkan peningkatan keamanan yang substansial, pengalaman pengguna yang lebih baik, dan dukungan jangka panjang dari Microsoft. Jika perangkat keras Anda tidak kompatibel, pertimbangkan untuk berinvestasi pada perangkat baru atau menjelajahi alternatif seperti Linux yang dapat memberikan lingkungan komputasi yang aman dan efisien. Bagi bisnis, keputusan ini mungkin lebih kompleks, melibatkan pertimbangan biaya, kompatibilitas aplikasi warisan, dan infrastruktur IT yang ada. Namun, investasi dalam migrasi adalah investasi dalam ketahanan siber dan kelangsungan bisnis Anda.
Setiap penundaan dalam mengambil tindakan hanya akan memperbesar keuntungan bagi para penyerang siber dan meningkatkan biaya pemulihan jika terjadi insiden. Ingatlah, keamanan digital adalah proses berkelanjutan, bukan tujuan akhir. Fitur Keamanan WhatsApp dan aplikasi lainnya hanyalah bagian kecil dari keseluruhan ekosistem digital Anda. Dengan mengambil langkah proaktif sekarang, Anda tidak hanya melindungi data Anda sendiri tetapi juga berkontribusi pada lingkungan digital yang lebih aman secara keseluruhan. Konsultasikan dengan profesional IT jika Anda memiliki keraguan atau membutuhkan panduan khusus untuk situasi Anda. Masa depan keamanan digital Anda sepenuhnya ada di tangan Anda untuk dibentuk dengan bijaksana.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Setelah 14 Oktober 2025, Microsoft tidak lagi merilis pembaruan keamanan bulanan untuk Windows 10, kecuali bagi pengguna yang berlangganan Extended Security Update (ESU). Ini berarti setiap celah keamanan baru yang ditemukan tidak akan diperbaiki, meninggalkan sistem Anda rentan terhadap serangan siber yang semakin canggih, seperti malware, ransomware, dan pencurian data. Para peretas secara aktif mencari dan mengeksploitasi kerentanan yang tidak terpatch, menjadikan Windows 10 target yang mudah.
ESU adalah solusi sementara yang dirancang untuk memberikan jembatan bagi organisasi yang memerlukan waktu lebih lama untuk bermigrasi ke Windows 11 atau sistem operasi lain. ESU menyediakan pembaruan keamanan kritis dan penting (bukan fitur baru) untuk jangka waktu tertentu dengan biaya berlangganan yang meningkat setiap tahun. Namun, ini bukanlah pengganti untuk peningkatan sistem operasi yang lengkap dan tidak akan mengatasi masalah kompatibilitas perangkat keras atau perangkat lunak di masa depan. Microsoft sendiri menganjurkan migrasi penuh sebagai solusi paling aman dan berkelanjutan.
Ada beberapa langkah krusial. Pertama dan paling direkomendasikan adalah melakukan migrasi ke sistem operasi yang didukung, seperti Windows 11, yang menawarkan fitur keamanan modern yang jauh lebih canggih. Jika migrasi belum memungkinkan, pastikan Anda memiliki solusi antivirus dan firewall pihak ketiga yang kuat dan selalu diperbarui. Lakukan pencadangan data secara rutin ke penyimpanan eksternal atau cloud, gunakan kata sandi yang kuat dan otentikasi dua faktor, serta tingkatkan kesadaran terhadap ancaman phishing. Namun, ingatlah bahwa langkah-langkah ini hanya mitigasi sementara dan tidak dapat sepenuhnya meniadakan risiko yang timbul dari sistem yang tidak didukung.
Kesimpulan
Ancaman keamanan Windows 10 pasca-berakhirnya dukungan resmi oleh Microsoft adalah isu yang tidak bisa dianggap remeh. Tanpa pembaruan keamanan yang rutin, sistem operasi Anda menjadi sangat rentan terhadap serangan siber yang semakin canggih, mengancam data pribadi, finansial, dan reputasi Anda. Meskipun Extended Security Update (ESU) menawarkan solusi sementara bagi sebagian kalangan, ia bukanlah jawaban jangka panjang dan tidak menghilangkan kebutuhan akan fondasi sistem operasi yang modern dan aman. Migrasi ke Windows 11 atau mempertimbangkan alternatif seperti Linux adalah langkah proaktif terbaik untuk memastikan Anda terlindungi di era digital yang penuh tantangan ini. Jangan menunda keputusan penting ini. Lindungi aset digital Anda sekarang juga dengan mengambil tindakan yang tepat.